ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAN
HEMOFILIA
HEMOFILIA
Kegawatan Jiwa TIM
A. Definisi
Hemofilia adalah penyakit koagulasi darah kongenital
karena anak kekurangan faktor pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX
(Hemofilia B).
B. Etiologi
Penyebab Hemofilia adalah karena anak kekurangan faktor
pembekuan VIII (Hemofilia A) atau faktor IX (Hemofilia B).
C. Pathofisiologi
Hemofilia merupakan penyakit kongenital yang diturunkan
oleh gen resesif x-linked dari pihak ibu.
Faktor VIII dan faktor IX adalah protein plasma yang
merupakan komponen yang diperlukan untuk pembekuan darah, faktor-faktor
tersebut diperlukan untuk pembentukan bekuan fibrin pada tempat pembuluh cidera.
Hemofilia berat terjadi
apabila konsentrasi faktor VIII dan faktor IX plasma kurang dari 1 %.
Hemofilia sedang jika
konsentrasi plasma 1 % - 5 %.
Hemofilia ringan apabila
konsentrasi plasma 5 % - 25 % dari kadar normal.
Manifestasi klinis yang
muncul tergantung pada umur anak dan deficiensi faktor VIII dan IX.
Hemofilia berat ditandai
dengan perdarahan kambuhan, timbul spontan atau setelah trauma yang relatif ringan.
Tempat perdarahan yang
paling umum di dalam persendian lutut, siku, pergelangan kaki, bahu dan pangkal
paha.
Otot yang tersering terkena adalah flexar lengan bawah,
gastrak nemius, & iliopsoas.
D. Manifestasi
Klinis
1.
Masa Bayi
(untuk diagnosis)
a.
Perdarahan
berkepanjangan setelah sirkumsisi
b.
Ekimosis
subkutan di atas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4 bulan)
c. Hematoma besar
setelah infeksi
d. Perdarahan dari
mukosa oral.
e. Perdarahan Jaringan Lunak
2. Episode Perdarahan (selama rentang hidup)
a. Gejala awal : nyeri
b.
Setelah
nyeri : bengkak, hangat dan penurunan
mobilitas)
3. Sekuela Jangka Panjang
Perdarahan
berkepanjangan dalam otot menyebabkan kompresi saraf dan fibrosis otot.
E.
Komplikasi
1.
Artropati progresif,
melumpuhkan
2.
Kontrakfur
otot
3.
Paralisis
4.
Perdarahan
intra kranial
5.
Hipertensi
6.
Kerusakan
ginjal
7.
Splenomegali
8.
Hepatitis
9.
AIDS (HIV)
karena terpajan produk darah yang terkontaminasi.
10. Antibodi
terbentuk sebagai antagonis terhadap faktor VIII dan IX
11. Reaksi
transfusi alergi terhadap produk darah
12. Anemia
hemolitik
13. Trombosis atau
tromboembolisme
F.
Uji Laboratorium dan Diagnostik
1.
Uji
Laboratorium (uji skrining untuk koagulasi darah)
a.
Jumlah
trombosit (normal)
b.
Masa
protrombin (normal)
c.
Masa
trompoplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan faktor koagulasi
intrinsik)
d.
Masa
perdarahan (normal, mengkaji pembentukan sumbatan trombosit dalam kapiler)
e.
Assays
fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnostik)
f.
Masa
pembekuan trompin
2.
Biapsi
hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk pemeriksaan
patologi dan kultur.
3.
Uji fungsi
hati (SGPT, SGOT, Fosfatase alkali, bilirubin)
Lampiran 1
Mekanisme Pembekuan Darah
Intrinsik
XII XII teraktivasi
(HMW kinogen, prekalikren)
XI XI
teraktivasi
Ca++
IX IX
teraktivasi
VIII Ca++
Thrombin
X
X Teraktivasi
Fasfolipid Trombosit
Trombin
Aktivator
Protrombin
Protrombin Trombin
Ca++
Lampiran 2
Pathway Hemofilia
Kerusakan darah atau
Berkontrak dengan kolagen
XII XII teraktivasi
(HMW kinogen, prekalikren)
XI XI teraktivasi
Ca++
Hemofilia Tanpa IX IX tidak teraktivasi
Tanpa VIII
Fasfolipid
Trombosit
Trombin tidak terbentuk
Perdarahan
Jaringan & sendi
Sintesa energi terganggu
Nyeri Mobilitas terganggu
Syok Risiko
injuri
Inefektif
Koping Keluarga
G. Pengkajian
Keperawatan
- Pengkajian sistem neurologik
a. Pemeriksaan
kepala
b. Reaksi pupil
c. Tingkat
kesadaran
d. Reflek tendo
e. Fungsi sensoris
- Hematologi
a.
Tampilan
umum
b.
Kulit :
(warna pucat, petekie, memar, perdarahan membran mukosa atau dari luka suntikan
atau pungsi vena)
c.
Abdomen
(pembesaran hati, limpa)
- Kaji anak terhadap perilaku verbal dan nonverbal yang mengindikasikan nyeri
- Kaji tempat terkait untuk menilai luasnya tempat perdarahan dan meluasnya kerusakan sensoris, saraf dan motoris.
- Kaji kemampuan anak untuk melakukan aktivitas perawatan diri (misal : menyikat gigi)
- Kaji tingkat perkembangan anak
- Kaji Kesiapan anak dan keluarga untuk pemulangan dan kemampuan menatalaksanakan program pengobatan di rumah.
- Kaji tanda-tanda vital (TD, N, S, Rr).
H. Diagnosa
Keperawatan
1.
Risiko
injuri b.d perdarahan
2.
Nyeri b.d
perdarahan dalam jaringan dan sendi
3.
Risiko
kerusakan mobilitas fisik b.d efek perdarahan pada sendi dan jaringan lain.
4.
Perubahan
proses keluarga b.d anak menderita penyakit serius
I.
Intervensi Keperawatan
DP I
Tujuan :
Menurunkan risiko injuri
Intervensi :
1.
Ciptakan
lingkungan yang aman dan memungkinkan proses pengawasan
2.
Beri
dorongan intelektual / aktivitas kreatif
3.
Dorong OR
yang tidak kontak (renang) dan gunakan alat pelindung : helm
4.
Dorong
orang tua anak untuk memilih aktivitas yang dapat diterima dan aman
5.
Ajarkan
metode perawatan / kebersihan gigi.
6.
Dorong
remaja untuk menggunakan shaver hindari ROM pasif setelah episode perdarahan
akut.
7.
Beri
nasehat pasien untuk mengenakan identitas medis.
8.
Beri
nasehat pasien untuk tidak mengkonsumsi aspirin, bisa disarankan menggunakan
Asetaminofen.
DP I
Tujuan : Sedikit atau tidak terjadi perdarahan
Intervensi :
1. Sediakan dan
atur konsentrat faktor VIII + DDAVP sesuai kebutuhan.
2.
Berikan
pendidikan kesehatan untuk pengurusan penggantian faktor darah di rumah.
3.
Lakukan
tindakan suportif untuk menghentikan perdarahan
·
Beri tindakan pada area perdarahan 10 – 15
menit.
·
Mobilisasi dan elevasi area hingga diatas
ketinggian jantung.
·
Gunakan
kompres dingin untuk vasokonstriksi.
DP II
Tujuan : Pasien tidak menderita nyeri atau
menurunkan intensitas atau skala nyeri yang dapat diterima anak.
Intervensi :
1.
Tanyakan
pada klien tengtang nyeri yang diderita.
2.
Kaji skala
nyeri.
3.
Evaluasi
perubahan perilaku dan psikologi anak.
4.
Rencanakan
dan awasi penggunaan analgetik.
5.
Jika
injeksi akan dilakukan, hindari pernyataan “saya akan memberi kamu injeksi
untuk nyeri”.
6.
Hindari
pernyataan seperti “obat ini cukup untuk orang nyeri”.
7.
“Sekarang
kamu tidak membutuhkan lebih banyak obat nyeri lagi”.
8.
Hindari
penggunaan placebo saat pengkajian/ penatalaksanaan nyeri.
DP III
Tujuan :
Menurunkan resiko kerusakan mobilitas fisik.
Intervensi :
1. Elevasi dan
immobilisasikan sendi selama episode perdarahan.
2.
Latihan
pasif sendi dan otot.
3.
Konsultasikan
dengan ahli terapi fisik untuk program latihan.
4.
Konsultasikandengan
perawat kesehatan masyarakat dan terapi fisik untuk supervisi ke rumah.
5.
Kaji
kebutuhan untuk manajemen nyeri.
6.
Diskusikan
diet yang sesuai.
7.
Support
untuk ke ortopedik dalm rehabilitasi sendi.
DP IV
Tujuan :
Klien dapat menerima support adekuat.
Intervensi :
1.
Rujuk pada
konseling genetik untuk identifikasi kerier hemofilia dan beberapa kemungkinan
yang lain.
2. Rujuk kepada
agen atau organisasi bagi penderita hemofilia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cecily. L Betz,
2002, Buku Saku Keperawatan Pediatri, Alih bahasa Jan Tambayong, EGC, Jakarta.
2. Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak FKUI, 1985, Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 1, Infomedika,
Jakarta.
3. Sodeman, 1995,
Patofisiologi Sodeman : Mekanisme Penyakit, Editor, Joko Suyono, Hipocrates,
Jakarta.
4. Arif M, 2000,
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 2, Media Aesculapius, FKUI,
Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar